Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekonyolan Ketua Tingkat di Awal Semester

Kekonyolan Ketua Tingkat di Semester Pertama Perkuliahaan

“aku bertanya-tanya mengapa mereka bisa dan aku tidak mencobanya, Mungkin itu layak dilakukan”

Semester satu merupakan awal peralihanku dari dunia anak sekolahan menuju dunia anak kuliahan, bekal perjalanan masa sekolah membuatku masih polos di kampus.

Inilah aku sang mahasiswa baru!

Aku angkatan 2016 dan termasuk salah seorang dari 80-an mahasiswa jurusan pendidikan fisika, kedisiplinan jadi prioritas, syle rambut yang dirawat di masa libur di bantai para senior, para senior telah melakukan penebangan liar di atas kepalaku.

Aku tidak ingin datang besok! Tapi itu tidak terjadi, aku datang dengan topi aneh pakaian hitam putih ber-tas-kan kantong kresek. Unik juga!

Pagi itu para senior ber-orasi seolah-olah menentang keputusan dekrit presiden, “persiden malas dengar dan aku salah satu pemalasnya”.

Orasi selesai! Para MABA (Mahasiswa Baru) bubar dan aku bingung mau kemana, aku akali aja! “aku ikuti yang seragam dengan pakaianku”. Kami ternyata jadi tukang bersih kebun, OB (Orang Bawahan), disuruh sana sini!

Setelah bermain rumput dan lumpur kami membersikan diri untuk pengenalan profil kampus tercinta, katanya! Entah mulai dari mana aku harus...

Para pendatang wajib ikut aturan tuan rumah, aku dengarin! Och... HmMm... 

Dalam gedung ruangan lantai 4 bagian sudut disampaikan beragam hal tentang aturan dunia kampus, fakultas dan jurusan. 

Aku lebih sibuk menatap birunya langit di balik jendela “menu makan apa nanti yang akanku masak, apakah cucianku sudah..., semoga kamarku...”.

Aku adalah seorang pemula soal kemandirian dan sekarang terpaksa tinggal jauh dari keluarga. Ada beragam masalah yang saling tumpah tindih dibenakku!

Hari berganti pekan kami membuka lembaran baru dan meresmikan diri sebagai mahasiswa baru nan polos, dengan ini perkuliahaan di mulai. Tak lupa senior datang berkunjung ke ruangan kami. Aku di fisika A dan ruang lain fisika B, hanya dua ruang terpakai di angkatan 2016 Pendidikan fisika, jadi ada 40-an orang tiap ruangan.

Senior datang berkunjung dengan jabatan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), meraka datang seolah melakukan razia kepolisian, lirik sana-sini, “apa yang mereka cari” ujarku!

Dengan pakaian kemeja bebas rapi, mereka melontarkan pertanyaan ke kami yang duduk manis dengan pakaian hitam putih, adakah yang ingin jadi KETI (Ketua Tingkat).

Aku termasuk orang yang menganggap ketua tingkat seperti ketua kelas di masa aku sekolah, tak lama beberapa orang mengajukan diri dan maju dengan percaya diri, maklum berani karna kaum paling dominan yaitu perempuan, dalam ruangan memang 80 persen perempuan, suara terbanyak sudah jelas ditangan mereka.

Para jantan naik hanya mungkin jadi pajangan dan pelengkap, kami masih belum saling kenal, kamu siapa, aku siapa dan mereka dari mana! Banyak hal yang masih ingin ditanyakan...

Daripada aku terus berpikir penuh logika, aku naik aja apalagi ada juga satu laki-laki lain yang naik dan mengajakku untuk ikut andil. Hitung-hitung ada perlawanan dan tidak ingin dipimpin oleh perempuan “agak malu juga! Tapi ya... sudahlah!”.

Biarpun gagal. Setidaknya kami mati bagai seorang raja! Kami siap menerima hasilnya...

Aku melangkah ke depan tanpa sempat berubah pikiran, semua tatapan mengarah ke kami “eh... banyak juga temanku yang cantik nan manis...lumayan!”. 

Aku berdiri setengah tegang dan setengah berani, pilihlah aku, aku akan membuatmu bahagia “maaf skip... maksudku”, aku akan berguna bla...blaa... kenyataanya aku sedang diam seribu bahasa!

Setelah suasana tenang berlalu! senior memberi kami tantangan untuk menyampaikan visi misi guna mengetahui kapten kapal yang pandai mengemudi.

Yang benar saja! 

Aku kira tidak ada pertanyaan semacam ini! Aku melirik ke samping dan untungnya di mulai dari sisi kanan, aku sisi yang lain.

Tiap deretean calon ketua tingkat menyampaikan visi misi dengan gamblang dan tidak terkecuali kawan yang berada disampingku.

Aku pikir ia mendukungku, ia juga ternyata sainganku! 

Tibalah gilirangku, aku tidak sempat menyediakan payung sebelum hujan. Aku terubos hujan itu, aku tegesa-gesa dan menggiggil di situasi pikiran melayang. Aku merasa berkumur-kumur menyampaikan visi misi, setidaknya suaraku menggema seisi ruangan sebagai tanda aku ada!

Aku tampak konyol tapi, Aku positif aja!

Aku memang mempertaruhkan semangat tanpa rencana yang matang. Suasana hening penutup visi misi calon ketua tingkat menjadi hantaman keras bagiku, aku gugup tak karuang “bagaimana pandangan mereka terhadapku”. Aku berusaha mengalihkan perhatian, namun itu tidak cukup kuat menahan keringat keluar membasahiku.

Aba-aba senior berikutnya yaitu memerintahkan kami membalikkan badan menghadap papan tulis...

Siap senior! 

Barulah aku berangsur-angsur lega dan mulai lebih santai. “siapapun yang akan jadi keti itu urusan belakang”. 

Akankah saat aku berbalik mereka dominan memilih golongan lelaki sebagai pemimpin atau malah sebaliknya.

Setelah pengumpulan suara selesai, kami membalikkan badan dan akulah pemilik suara terbanyak... 

Entah apa yang terlintas dibenak mereka, seorang yang baru dijumpai telah dipercayakan sebagai kapten kapal, mereka menunjuk orang asing sebagai ketua tingkat dan akulah orang asing itu!

Aku terdiam tak percaya!

Tapi beginilah hasilnya...

Sebagai penutup penentuan sekertaris dan bendahara disesuaikan urutan suara terbanyak, jadi aku ketua tingkat dan kawanku sekertaris sedangkan yang jadi bendahara dari golongan perempuan. Sistem pemerintahan pun telah di tetapkan!

Maka tertuanglah tulisan tebal di sampul pengantar dunia kampus dimana aku mahasiswa baru dan juga ketua tingkat mahasiswa pendidikan fisika A.

Oke! Wahai engkau dari segala penjuru indonesia, kapal ini akan berlabu... siap-siap turunkan layar...

Perjalanan ditunda kami belum boleh berlayar, masih ada sesi tanya jawab antara kapten kapal baru dengan awak kapal asing. Salah satu awak kapal yang berasal seberang sulawesi selatan (Mamuju) bertanya! Ia tampak pemain veteran dalam dunia rumus Einsten dan tipe orang serius.

Pertanyaan dari lelaki itu bunyinya kurang-lebih “gimana aku bisa mempercayaimu, apa yang bisa kamu janjikan dan apakah kamu tidak bakalan salah memilih jalan”.

Waktu itu jatulah bom di hirosima dan aku salah satu korban, aku harus menjawab harapan dia dan kepercayaan orang-orang yang berada di atas kapal.

Aku bermimpi menjawab bagai pemimpin pertama indonesia tapi, ia bukanlah diriku, aku adalah orang ceroboh dan sulit membedakan antara ini kekonyolan atau keberanian jadi, aku tampak kikuk bicara dan bertindak.

Aku tidak punya karisma dan akan kujawab apa adanya “jika suatu saat aku keliru dan salah memilih jalan maka, saat itu juga jangan ikut, kamu tidak harus mengikutinya tapi, perhatikan apa yang dapat kulakukan”.

Aku tidak tahu cara yang pasti membahagiakan seseorang tapi, aku akan selalu ada disampingnya. Kurang lebih gitulah... (sedikit bumbu drama).

Waktu mulai berputar!

Aku tidak tahu cara memulai sebagai kapten kapal, aku percaya tiap orang punya dunia dan caranya masing-masing.

Tidak ada buku panduan khusus kapten kapal, aku bukanlah host tv yang pandai menyampaikan informasi, aku termasuk orang yang di sulap jadi raja pada saat bangun pagi!

Dengan perasaan enggan aku berusaha untuk tampil depan untuk memberi the news info entah jadwal kuliah ataupun pergantian ruang kuliah.

Perbedaan mendasar antara ketua tingkat dengan ketua kelas di sekolahan, ketua tingkat bertugas menyiapkan segala hal yang diperlukan dosen, dari mulai lcd, ruang kuliah, jadwal dosen sampai mengingatkan dosen bahwa waktu sudah habis _ time out. Aku kira cuma menceklis absen doang!

Mau-nggak-mau aku terpaksa dalam mode formal dan hormat bagai pembawa bendera sang merah putih naik ke puncak tiang.

Harusnya ini yang kulakukan, malam tak bisa di tolak untung tak dapat diraih! 

Aku bukan orang berpengalaman, aku cuma ingin mengikuti arus dan arahan namun tuntunan cahaya itu tak ada, harapanku pupus hingga aku menerima panggilan dari ruang jurusan untuk bertemu bapak ketua jurusan perihal pengenalan dan ingin mengetahui wajah orang yang mejabat sebagai keti.

Aku datang tampak seperti orang beranya jalan, aku mondar-mandir bertanya dengan memulai penggilan dengan sebutan "mohon maaf ka’ , tabe senior" dan aku juga melakukannya di ruang jurusan, aku tidak bisa membedakan antara dosen dengan mahasiswa, semua aku labrak dengan pertanyaan "mohon maaf, siapa ketua jurusannya pendidikan fisika, katanya sedang mencari ketua tingkat"

Dan di sudut ruang aku mendapati seorang lelaki yang lagi duduk santai menikmati kesibukan orang-orang dalam ruang jurusan. Aku meresa ia terlihat bersahabat dan tampak free, sedapat aku datanga menghampiri.

Aku tanpa pikir panjang langsung menumpahkan beragam pertanyaan. Aku bak penceramah subuh yang enggang turun mimbar, hingga seseorang memberiku kode dan orang yang berada di hadapanku melakukannya.

Silahkan duduk katanya! Oke aku duduk, lelaki itu kemudian bertanya lagi “apakah kamu ketua tingkat fisika A”, dengan logat khas bugis aku jawab “iye ka’...”.

Dengan mimik wajah santai Ia katakan “aku ketua jurusan pendidikan fisika dan aku orang yang sedang mencarimu”. Tiba-tiba saja aku merasa seperti mendapat pernyataan cinta, aku terdiam dan pikiranku berkecamuk, bibirku kehilangan saturusi warnanya jadi pucat. Aku berlari tapi tidak sampai kemana pun!

Perbincangan berjalan satu arah aku banyak diam dan telah melupakan unek-unek yang ingin kusampaikan tentang perihal jadi keti yang benar...

aku berjalan keluar ruangan tak tahu apa yang telah terjadi, aku hanya ingat siapa ketua jurusan pendidikan fisika, info lain jadi ter-skip.

Sesampai ruang kuliah, kawan bertanya “apa kamu udah ketemu kejur, apa ada info ter-update” aku tidak lebih menjawab “hanya bertemu saja dan tidak ada info penting_aku tidak ingat penyapaian beliau”.

Waktu bergulir telah memberi kesempatan perasaan tidak nyaman kemarin lalu ikut memudar dan aku telah terbiasa melalui hari-hari sebagai kapten kapal.

Tak lama aku singgah di persimpangan bahwa angkatan kami dinyatakan bakal diliburkan, aku dapat info dari SEMA, DEMA dan informasi sudah sampai di kuping tiap ketua tingkat.

Aku kembali ke ruangan dengan wajah berbinar, aku berjalan di atas karpet merah dan mengatakan bahwa tim kita lolos masuk kualisi, maaf ini imajinasiku! “oke teman-teman besok kita libur”

Situasi serasa di stadium sepak bola nan meriah, aku mengakui hari itu benar-benar melegakan, kita telah mendapat kelonggaran waktu di tengah jadwal padat kampus dari respon, praktikum sampai nulis laporan.

Maklum jurusan tersibuk di fakultas, kami dijuluki sebagai anak laporan yang banyak menghabiskan lembaran kertas A4s demi memenuhi kebutuhan tugas laporan praktikum.

Besok adalah kesempatan, jadwal kuliah yang kosong dapat di isi dengan tugas, respon dan laporan praktikum!

Aku pulang dengan santai dan tidur lebih awal, tiada malam yang lebih baik daripada sekarang, aku seorang mahasiswa yang seringkali hanya tidur 4 jam-an lalu meluncur ke kampus pagi-pagi, ini hari melelahkan dan besok itu tak lagi terjadi, meski sementara tapi setidaknya kami mendapat kesempatan bernafas.

Pagi pun menyambut dengan hangat, aku berangkat ke kampus dengan suasana segar bugar dan sesampai di sana aku tak pernah membayangkah kenyataan pahit datang tak diundang.

Info yang kemarin aku dengar telah keliru, senior mengira aku adalah mahasiswa semester lanjut yang jam kuliah masuk siang dan sore sedangkan kami masuk di pagi hari artinya hari libur tidak berlaku karna agenda besar kampus di mulai bukan pada pagi hari.

Whats...

Aku baru saja menyebarkan berita hoax, aku tak pernah mengingankan ini, nasi sudah jadi bubur.

Aku terpaku dan terdiam, pikiranku kelebihan kapasitas data, detak jantungku seolah-olah ingin melompat keluar! Duarrr...

Skenario sang kapten kapal harus mengambil keputusan di tengah badai lautan nan gelap. 

Apakah aku lari meninggalkan topi sang kapten kemudian lompat menyelamatkan diri menggunakan skoci!

Ataukah menerima kenyataan dan terpaksa membangunkan para kru kapal yang tertidur lelap dengan kelelahan.

Butuh waktu agar akal sehatku kembali. Semakin lama aku terdiam semakin besar pula dampak masalah!

Tak lama kemudian aku mengambil ponsel dan mengirim kode nuklir “and boom!”, maka terjadilah bencana alam dalam pesan-pesan grup.

Aku tidak mampu menjawab tiap pesan dan telpon, saat itulah aku memalingkan wajah dan bersembunyi menunggu suasana damai.

Aku menunggu dosen yang masuk di jam pertama sambil mendiami notifikasi ponsel, ini aku lakukan demi menahan tanggul agar tidak terlampau jebol membajiri.

Mondar-mandir sana sini kok! Tidak muncul...

Tampak kelas sebelah sudah ingin keluar, tak sengaja aku berpapasan dengan seorang teman kelas sebelah fisika B, aku tanya kapan dosen kalkulus masuk...

balasan yang aku dapatkan di luar ekpektasi, sang bapak dosen kalkulus tidak masuk karna temanku sendiri dari fisika A menahannya di lantai satu tadi pagi, ia menyampaikan bahwa kami libur, tanpa pikir panjang sang dosen pulang.

Aku telah berbuat kesalahan dan temanku dengan muka polos melanjutkannya, ia tak tau uang yang digunakan hasil korupsi heheee...

Kacau memang!

Jam ke dua perkuliahan tiba dan dosen psikologi masuk ruangan, aku ter-akhir masuk, strategi ini demi untuk menghindari serangan kritikal dari kawan.

Sang dosen sudah duduk, kemudian aku datang menghampiri sang dosen psikologi, aku katakan sang kapten telah gagal dalam misi!

Aku ceritakan skenario kejadian ini mengapa para mahasiswa tidak memakai seragam hitam putih, kami memakai kemeja bebas rapi yang belum di izinkan bagi MABA (sebagai pembeda dengan senior).

Aku tidak tahu lagi sikap yang bakal kuterima, aku pasrah akan mendengarkan cemohan dari dosen dan kawan...

Keberuntungan ternyata masih ditanganku, sang dosen mengerti dengan keadaanku dan plus ia juga mencoba menenangkan keadaan teman-temanku, ia santai berkata bahwa ini sudah terjadi jadi ya apa boleh buat, oke! Kita mulai perkuliahaan hari ini...

Aku baru saja menaruh rasa hormat ke dosen satu ini! Ia telah melapangkan masalahku dan membiarkanku lolos meski akulah satu-satunya orang berpakaian kaos oblong sedangkan teman-temanku pakai kemeja.

Sungguh pelajaran berharga bahwa aku tidak menyesal telah bertanggung jawab dan tetap memegang kemudi kapal meski tak ingin lagi berdiri di sana!

Kira-kira sudah 7 tahun berlalu! Kisah paling membekas di masa kuliah mungkin tentang kekonyolanku, hari ini aku tersenyum dan tertawa saat mengingatnya.

Terima Kasih

Posting Komentar untuk "Kekonyolan Ketua Tingkat di Awal Semester"